Anak muda di kampung Arab Ampenan-Lombok jangan diajak bicara
Bahasa Arab. Pasti mereka gelagapan, karena keluarganya tak mengajarkan berbahasa
Arab. Tentu beda dengan anak-anak Tionghoa yang memang lebih ciamik berhitung
dagang dengan bahasa leluhurnya. Paling banter, anak muda Arab-Ampenan bisa
mengucapkan ana, ente, walid, rejak,
serap, doh, kul, sohib, dohan, harem, zen atau kata-kata pupuler dalam
bahasa pergaulan masyarakat Ampenan.
Dalam keluarga keturunan Arab di Ampenan, memang tak
disiapkan ”menjadi orang Arab”. Orang-orang
Arab yang datang ke Indonesia, yang akhirnya juga menyebar sampai ke
Lombok, hanya membawa agama bukan kebudayaannya. Karenanya, para pendatang dari
Timur Tengah itu lebih mudah melebur dengan penduduk setempat. Mungkin karena
kesamaan sebagai pemeluk Islam, kedatangan orang Arab di Lombok disambut
hangat. ”Dalam sejarah nggak
ada orang Sasak anti Arab,” kata anak muda di kampung Arab dengan berkelakar...............................