Translate

Rabu, 27 Mei 2015

Kisah “Jamal” Antara Cek dan Cok

JAMAL, istilah yang popular di Pulau Lombok. Ceritanya sepanjang riwayat tenaga kerja Indonesia,  atau TKI. Jamal sinonim dari “janda Malaysia” merupakan julukan bagi perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya mengadu nasib sebagai TKI ke Malaysia.  Ada juga yang meledek dengan istilah “JATONG” alias janda sepotong. Terutama bagi yang sudah terlalu lama ditinggal. Maksudnya dari perut ke atas memang masih bersuami (tetap dapat kiriman uang belanja). Tetapi bagian bawah, kenyataannya sudah lama menjadi “janda”, kan. Meskipun uang kiriman dari Malaysia lancar, mereka kadung dipandang suka pacaran lagi.
“Habis yang datang cuma cek, mana cok-nya, kakak,” kata-kata genit itu sering jadi ledekan di Lingkungan Semayan Desa Semayan Kecamatan Praya–Lombok Tengah. Diantara mereka memang ada yang tergoda karena kesepian, manakala suami jauh dari pelukan. Benarkah istri-istri TKI Malaysia tak tahan menahan “haus” dan gampang minta “minum” laki-laki lain?.......................

MUDAH KITA MENDAPAT cerita-cerita tentang “jamal” di Semayan. Banyak ragamnya kisah-kisah tentang mereka, tapi yang mudah didapat biasanya tentang perselingkuhan. Memang kasus itu yang akhirnya membuat istri-istri yang ditinggal suaminya ke Malaysia mendapat predikat “janda”.
Bagaimana riwayat sebutan “jamal” itu?
Belum ada yang bisa cerita sejak kapan munculnya sebutan “jamal” itu. Tetapi seorang pemuda, seperti umumnya pemuda di Desa Semayan, kadang-kadang menilai miring para istri yang ditinggal suaminya pergi ke Malaysia. “Memang belum janda, tetapi jika ditinggal setahun lebih tingkahnya tak kalah dengan janda,” katanya sambil tersenyum lebar.
 Ia pun berkisah tentang “haus”-nya ibu muda, Bunga, bukan nama sebenarnya, setelah setahun lebih ditinggal suaminya ke Malaysia. Meski belum mencapai umur 25 tahun, Bunga sudah punya tiga orang anak. Sampai setahun ditinggal suami, ia masih berlaku wajar seperti ibu rumah tangga lainnya yang ditinggal suami mencari nafkah. Tetap menjaga dan merawat anaknya dengan baik, selalu bersyukur karena suaminya  rajin mengirimkan uang.
Tapi tiga bulan kemudian, Bunga, yang berparas cantik, berkulit putih bersih dan penampilannya kalem itu mulai kesepian. Bunga yang memang masih muda itu  tergoda laki-laki bujangan sekampung. Ia mulai sering keluar rumah meninggalkan anaknya.
Ibu mertuanya tak pernah menaruh curiga, karena selama ini ia mengenal menantunya sebagai isteri yang pemalu dan kurang bergaul. Apalagi alasan pergi menantunya itu untuk menjenguk orang tuanya yang tinggal di desa lain. Walaupun selama itu,  muncul sas-sus kurang sedap tentang rendezvous sang menantu yang imut-imut itu dengan “pria idaman lainnya”.
Sampai akhirnya, suaminya, KL  pada bulan November  2001 pulang dari Malaysia. Enam bulan kemudian tepatnya bulan April 2002, waktu Bunga melahirkan anak, tak terhindarkan lagi orang-orang kampung pun bergunjing. “Masak baru enam bulan kumpul suami, sudah punya anak dari kandungan sembilan bulan,” kata tetangganya,  Bq Suhaeni.
Untungnya sang suami tak suka berprasangka buruk. Meski sering digosok  keluarganya dengan cerita-cerita miring, KL tetap lebih percaya isterinya. Cerita-cerita dari teman-temannya pemuda kampung yang mengaku melihat sendiri selingkuh Bunga, hanya ditanggapi dingin. Syukurlah, keikhlasan KL membuahkan ketenteraman rumah tangganya.
Bunga sendiri waktu dijumpai di rumahnya, berpesan agar itu tak sampai didengar orang-orang sekampungnya. “Suami saya sebenarnya sudah tahu, tapi dia memang orang baik,” katanya pelan sambil menitikkan air mata .
Tak ada suami, tetangga pun jadi. Itu cibiran orang kampung untuk Leni, juga bukan nama sebenarnya, perempuan asal Lingkungan Semayan, Kelurahan Semayan, Kecamatan Praya - Lombok Tengah. Suaminya mengadu nasib sebagai TKI yang berangkat ilegal ke Malaysia. Sedang di kampung, Leni yang mantan janda belum beranak itu pun main mata dengan laki-laki lain.
Tak cuma main mata, tentu saja Leni juga main-main yang lain miliknya yang mestinya cuma halal dijamah suaminya. Uang kiriman dari suaminya yang banting tulang di Malaysia, kalau ditotal mencapai sekitar Rp 21 juta, ludes untuk menyenangkan sang gacoan.
Rupanya suami Leni tak “kooperatif” kalau sudah masuk ke persoalan paling sensitif wilayah rumah tangga itu. Sudah dapat diduga, waktu kabar itu sampai ke telinga suaminya maka hancurlah bahtera rumah tangganya. “Dia mau enaknya saja. Kalau sudah ketahuan, dia tidak pernah muncul lagi,“ kata Leni tentang PIL (Pria Idaman Lain)-nya.  Ia sekarang sedang mendaftar sebagai TKW ke Arab Saudi.
“Jamal” yang lebih badung, sebut saja namanya Dori, janda tanpa anak yang kawin dengan Mhs yang  duda dengan satu anak. Sebelum memutuskan berangkat ke Malaysia, Mhs bertani dengan tanah sepetak sambil mencari tambahan dengan bekerja di bengkel. Tapi sudah membanting tulang di kampung  hasilnya masih minim. Akhirnya Mhs memutuskan berangkat ke Malaysia.
Setelah delapan bulan mengadu nasib, Mhs mulai bisa menambah kiriman uang Rp 3 juta (selain uang belanja) untuk modal istrinya usaha kecil-kecilan di kampung. Tapi aneh, mendapat kiriman sebanyak itu Dori bukannya bersyukur. Malah ia buru-buru bersurat ke suami agar ditambah lagi  dengan jumlah yang sama. Waktu itu Mhs membalas agar isterinya bersabar dulu. Tapi Dori tak bisa bersabar.  “Lebih baik tak usah kirim lagi,” kata Dori ngambek, seperti ditirukan temannya.
Rupanya Dori didesak untuk mencari uang oleh pacar gelapnya, tukang ojek yang sejak suaminya ke Malaysia rajin mengantarnya ke pasar. Dori kesal karena permintaannya tak dipenuhi suaminya.
Entah karena ingin memberikan uang pacarnya atau alasan lain, akhirnya Dori nekad berangkat  sebagai TKW ke Arab Saudi. Dori baru memberitahu lewat telepon pada suaminya di Malaysia setelah ia berangkat. Mendapat kabar yang tak terduga itu, Mhs yang biasa berpenampilan kalem jadi naik pitam. Tanpa berpikir dua kali,  Mhs langsung menjatuhkan talak tiga untuk istrinya.
Ada cerita tentang “jamal” lainnya yang agak unik. Nasib kurang beruntung ini menimpa TKI Malaysia bernama, sebut saja Anik. Kisah ini memang sudah agak lama. Tahun 1995, MSk meninggalkan istri dan dua anaknya menjadi TKI yang berangkat ilegal. Namun di Malaysia setahun lebih nasibnya tak kunjung  baik, itulah sebabnya ia jarang berkirim uang. Kalau toh mengirim, jumlahnya tak seberapa.
Istrinya Anik, rupanya tak betah karena tinggal bersama mertuanya. Pergilah ia ke rumah orang tuanya di Sumbawa. Mertuanya tetap melarang, apalagi Anik membawa serta anaknya. Tapi tinggal bersama mertua, apalagi MSk jarang kirim uang membuat Anik berkeras tinggal di Sumbawa.
Singkat cerita, waktu sudah berjalan empat tahun. Meski belum berhasil di perantauan, MSk pulang ke Lombok karena kangen istri dan anak-anaknya. Disusullah istrinya ke Sumbawa. Astaga, istri yang belum diceraikan  itu ditemui sedang hamil besar.

***

Kisah-kisah tentang perselingkuhan itu masih banyak ragamnya. Mulai dari terpaksa nekad karena bertahun tak ada kabar dari suaminya, atau yang jadi korban rayuan laki-laki beristri yang doyan “makan rumut tetangga”. “Kalau kamu diceraikan suamimu, aku akan kawini kamu,” begitu biasanya laki-laki penggoda itu merayu. Tapi buktinya, ada yang terlanjur hamil dan terpaksa membuang anaknya ke selokan. Sudah pasti, rayuan itu cuma gombal semata.
Tapi, di lingkungan keluarga sendiri pun, bukanlah wilayah yang aman bagi istri yang ditinggalkan suaminya ke Malaysia. Tak sedikit para “jamal” itu justeru “dimangsa” kerabat dekat suaminya sendiri. Bisa misan, sepupu, paman, bahkan oleh mertuanya sendiri. Orang-orang yang seharusnya bisa melindungi perempuan yang butuh teman, ternyata tak mampu mengendalikan hasrat syahwatnya. Tapi anehnya, ujung-ujungnya, masyarakat justru menyalahkan pihak perempuan.
Memang ada diantara mereka yang punya bakat tak beres. Tapi sebagian besar masih setia menunggu. Bertahun-tahun mereka tak mendapat kabar namun tetap setia menjaga anaknya, sambil berharap suaminya akan pulang membawa nasib baik. Ya sudah nasib, akhirnya ia justru disia-siakan suami. (Tim TABLOID RAKYAT)




Semayan Punya Cerita, Istri Punya Duka

Desa Semayan Kecamatan Praya-Lombok Tengah, sekitar 5 kilometer dari kota Praya, bukanlah wilayah yang terlalu subur. Hanya pada musim hujan sawah dan tanaman tampak subur. Namun meskipun alamnya tak ramah, penduduk di lima dusunnya yaitu di Pancor, Kekere Bat, Kekere Timuq, Propok dan Semayan tetap mudah tersenyum. 
 
Sudah tanah tak subur, sebagian besar penduduknya hanya punya tanah sejengkal. “Banyak penduduk melepas tanahnya sejak dimulai proyek Bendungan Batu Jai,”  kata Baiq Damayanti, petugas lapangan Perkumpulan Panca Karsa yang melakukan advokasi buruh migran perempuan (TKW ) di Dusun Semayan.
Dimulainya proyek bendungan Batu Jai sekitar pertengahan tahun 1970-an, justru jadi salah satu penyebab dimulainya penderitaan sebagian besar orang-orang kampung  Semayan. Mungkin bendungan Batu Jai memang untuk kepentingan umum, tapi bukan untuk kepentingan warga Semayan sendiri. Sebab sampai sekarang pun tanah-tanah di Semayan masih tetap kering di musim kemarau karena tak kebagian air dari bendungan mahal itu.
“Lokasi bendungan itu dulu termasuk wilayah Desa Semayan,” kata Kepala Lingkungan Semayan, H Abdul Jalil.
Maklum kala itu adalah zaman kegelapan di masa rezim Orde Baru. Kalau pemerintah butuh tanah untuk suatu proyek yang katanya untuk kepentingan umum, maka rakyat kebanyakanlah yang mula-mula harus berkorban. Demikianlah, warga Semayan harus menyerahkan tanahnya dengan harga murah untuk proyek bendungan.
Tanah tak ada, berarti juga tak ada kerja di kampung. Kesulitan di kampung itu, akhirnya membangkitkan keberanian orang-orang Semayan untuk bekerja ke luar negeri. Sebab di dalam negeri kesempatan kerja memang tak pernah ada. Awal tahun 1980-an itulah  banyak warga Semayan yang mulai mengadu nasib ke Malaysia. Bagi warga Semayan, sejak saat itu pergi ke Malaysia sama mudahnya seperti pergi ke Mataram.
Saat ini saja dari Semayan yang berpenduduk 4.268 orang, dari angkatan kerja-nya sejumlah 3.396 orang, yang ke luar negeri menjadi TKI dan TKW sedikitnya mencapai 1.191 orang. Umumnya yang laki-laki kerja di perkebunan-perkebunan Malaysia, sedang yang perempuan lebih banyak  menjadi pembantu rumah tangga di Brunei Darussalam dan sebagian kecil ke Arab Saudi.
“Waktu itu belum ada PJTKI yang beroperasi di Lombok,” kata Damayanti. Mereka bisa berangkat ke Malaysia melalui jalur yang selama ini disebut-sebut sebagai TKI ilegal.
Hanya bekerja ke luar negeri satu-satunya harapan untuk lepas dari kemiskinan. Para TKI atau TKW yang bernasib baik, biasanya bisa membangun rumah permanen atau punya modal untuk memulai usaha di kampung. Berpikir tentang  kerja di Semayan berarti pergi ke luar negeri. Termasuk bagi gadis-gadis remaja yang umumnya tamatan SMU. Seperti  Eka, Anti, Su, Lina, dan Her, juga sedang menanti untuk berangkat ke Brunei Darussalam.
“Mau kerja apa disini, Mas,” kata Lina yang berkulit putih. Apalagi para remaja itu juga tergiur contoh-contoh TKW yang berhasil membangun rumah atau membuka kios di kampung.
Tapi mencari modal  berangkat ke luar negeri yang butuh uang antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta, juga tak gampang.  Paling mudah mereka bisa datang ke rumah rentenir yang akan memberi bunga pinjaman mencapai 100 hingga 200 persen per enam bulan. “Istilahnya, hutang 1 bayar 2 atau bahkan bayar 3,” tutur Her.
Tentu saja sebagian besar warga Semayan bukanlah para tenaga kerja terlatih atau terdidik. Sebagian besar hanya bisa jadi buruh upah petik di perkebunan-perkebunan kelapa sawit. Sedang perempuannya menjadi pembantu rumah tangga, yang bekerja mulai pagi sampai juragannya berangkat tidur.
Menjual tenaga jadi buruh kasar di negeri orang justru lebih mantap menatap masa depan. Sementara di negeri sendiri, tak jelas kapan Indonesia punya pemerintah yang punya malu melihat rakyatnya tak ada kerja dan terus miskin.
***

Tapi menjadi TKI (buruh migran yang sebagian besar ke Malaysia) bukanlah menyelesaikan masalah ekonomi, tanpa munculnya masalah keluarga. Meninggalkan anak dan istri dalam waktu panjang, banyak hal bisa terjadi. “Ya, memang banyak sekali kasus perselingkuhan menimpa keluarga TKI,” ungkap Damayanti yang kini membentuk kelompok TKW di kampung Semayan.
Sebutan “jamal”  sebenarnya menegaskan ada perempuan yang menjadi korban. Para isteri itu menjadi bagian sistem nilai  keluarga yang pecah. Harus rela berpisah dengan suami untuk mengatasi kesulitan ekonomi keluarga.
Namun mereka tetap beresiko bertanggung jawab sendiri atas kelangsungan hidup bersama-sama anaknya, sebab tak ada jaminan kalau suaminya berangkat ke Malaysia otomatis pasti berhasil. Kalau ada peluang, para istri itu juga akan berangkat ke luar negeri.
Pemberian predikat “janda” meskipun mereka masih bersuami, seperti ingin mengatakan kalau para isteri yang ditinggalkan suami-suaminya itu selalu akan jadi liar, binal, atau setidaknya genit. “Sebutan jamal itu terkesan melecehkan. Kenapa mereka disebut janda, padahal status hukum mereka masih bersuami,” kata Direktur Perkumpulan Panca Karsa, Endang Susilowati.
Jadi berbagai cerita-cerita buruk tentang “jamal” itu, sebagian besar juga akibat dari peran dan sikap masyarakatnya. Bukankah setiap orang punya bibit gangguan perilaku. Namun ia benar-benar bisa di kirim ke rumah sakit jiwa kalau masyarakat sudah memvonisnya sebagai orang gila.
Karena itu, di kelompok-kelompok wanita yang diorganisir Perkumpulan Panca Karsa istilah “jamal” itu dihindari. (Tim TABLOID RAKYAT)




Baiq Damayanti, Aktivis Perempuan

Melirik Uang Kiriman

Apa benar “jamal”  memang cenderung selingkuh?
Tidak selalu. Ya, tergantung orangnya. Tapi kebetulan kasus selingkuh yang saya temui memang banyak.

Biasanya disebabkan apa
Bisa karena lama tak dapat kabar. Tapi ada juga yang sampai puluhan tahun tak tahu mati hidup suaminya, tetap saja setia menunggu. Dari anaknya kecil sampai  menikah, tetap menunggu. Malah mertuanya sendiri menganjurkannya kawin lagi. Tapi  juga ada yang memang punya bakat selingkuh.

Selain itu
Lebih sering memang mereka dirayu laki-laki. Ini yang menimpa mereka yang kelihatan mulai dapat kiriman uang dari suaminya. Banyak laki-laki melirik “jamal” karena tahu dapat kiriman uang dari suaminya. Mungkin karena pendidikannya rendah, akhirnya kiriman uang dari suaminya justru diberikan laki-laki itu.

Bagaimana sikap masyarakat
Ada yang sampai rumahnya dirusak massa karena “kumpul kebo” dengan orang lain di rumahnya sendiri. Tapi, adakalanya meski diketahui pacaran dibiarkan saja. 


Sumber: Tabloid RAKYAT Edisi No. 04/Tahun I/Januari-Februari 2003

1 komentar:

  1. JUAL BONGKAHAN BACAN DOKO SUPER
    ASLI DARI HALMAHERA SELATAN ( PULAU KASIRUTA )
    BAHAN BACAN SUPER KRISTAL MALUKU UTARA.
    Kondisi bahan ;.
    - Bahan / rough bacan doko asli bukan sintetis.
    - Bahan tua (galian lama).
    - Kualitas super kristal- Sudah tembus.
    - Bahan keras dan padat.
    - Siap gosok poles.
    - Daging utuh, tanpa kapur.
    - Tidak rapuh, tidak mudah pecah / retak.
    - Deskipsi sesuai apa adanya, harap diperhatikan dengan baik
    Daftar harga :
    1 0ns ; Rp 500rb
    5.ons Rp.1.250.000
    1.kg Rp 2.500.000
    5 kg Rp 6.000.000
    10 Kg Rp 8.000.000
    15,kg Rp.10,000,000,
    Melayani Pembelian Per Kilo Dan Per Ons Untuk Bongkahan
    Kita Juga Melayani Pembelian Luar Daerah Dan Luar Kota
    setiap pembelian perkilo dapat bonus 1 permata batu bacan dan bongkahan batu bacan ukuran kecil Origin untk yg mau pesan hub ;
    Hp.082347225054
    pin :2A846D86

    #.stock terbatas
    Siapa cepat dia dapat
    Bagi yg merasa sudah minat dan ingin transaksi pembelian dengan kami,
    Adapun cara yg kami sediakan:COD bisa silahkan datang ke alamat saya di daerah Halmahera selatan
    Alamat:Jl.Buana Seli No.76 Rt 016 / Rw 002,Desa Labuha,Kecamatan Bacan,halmahera selatan maluku utara,dan bagi peminat batu bacan di luar kota bisa kami kirim melalui jasa pengiriman seperti:JNE/TIKI/KANTOR POS,
    *Bagi peminat luar kota silahkan dikirim fotmat pemesanang sebagai berikut:
    -Nama Lengkap
    -Alamat lengkap
    -No HP(Hendpoon) yang selalu aktif
    -Jika sudah di isi formatnya silahkan CALL/SMS di nmr sebagai berikut:
    Hp.082347225054
    pin :2A846D86

    jika barang sudah kami kirim,kami berikan no.resi pengiriman barang yang anda pesan,dan kami sengaja melayani pembelian luar kota ,kami ingin cari rekan bisnis jual bongkahan batu bacan di luar kota dan siapa tau ada yang minat hubungi kami terimah kasih.Wassalam

    BalasHapus